Sabtu, 19 Juli 2014

TUNTUNAN SHALAT ‘IED (FIQIH DUA HARI RAYA) Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

 


Lebaran ketupat


SelamatHariRayaIduAdha


 


TUNTUNAN SHALAT ‘IED
(FIQIH DUA HARI RAYA)


Oleh: Abdullah Saleh Hadrami


Lebaran hampir tiba…hari kemenangan…hari iedul fitri. Berikut ini beberapa nukilan yang di sarikan dari kitab Zaadul Ma’aad, jilid 1 hal 441-449 karya Al-Imam Ibnul Qayyim-Rahimahullah dengan tahqiq, takhrij dan ta’liq Syu’aib dan Abdul Qadir Al-Arna’uth –hafidhahumallah dan beberapa kitab lain, yang kesemuanya adalah berdasarkan riwayat-riwayat shahih dari Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam.


Disyari’atkan untuk banyak-banyak bertabir pada dua hari raya, yaitu pada ‘Iedul Fitri semenjak Matahari terbenam malam ‘Ied sampai pelaksanaan shalat ‘Ied, adapun pada ‘Iedul Adlha semenjak pagi hari ‘Arafah setelah shalat subuh (9 Dzul Hijjah) sampai shalat Ashar akhir hari Tasyriq (13 Dzul Hijjah).


Membayarkan zakat fitrah sebelum shalat ‘Iedul Fitri atau boleh dimajukan dua hari sebelumnya berupa makanan pokok (beras, dll) sebanyak satu Shaa’ (2,5 Kg) untuk di bagikan kepada para fakir dan miskin.


Ummu ‘Athiyyah –radhiallahu anha berkata: “Kami diperintahkan mengajak keluar gadis-gadis dan wanita-wanita haid pada kedua hari raya untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin, wanita-wanita yang haid itu terpisah dari tempat shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam selalu melaksanakan shalat ‘Ied di mushalla, yaitu tanah lapang yang terletak di sebelah utara pintu masuk kota Madinah, dan beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam selalu melaksanakan shalat dua hari raya (‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adlha) di mushalla (tanah lapang).


Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam selalu mengenakan pakaian terbaik dan terindah yang dimilikinya untuk shalat dua hari raya dan juga shalat Jum’at.


Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam selalu memakan kurma beberapa butir dengan hitungan ganjil (1,3,5 dst) sebelum keluar menuju shalat ‘Iedul Fitri, adapun ‘Iedul Adlha beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam tidak memakan apapun sehingga pulang dari shalat ‘Ied lalu memakan daging kurbannya.


Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam selalu mandi untuk shalat dua hari raya dan hal ini juga di lakukan oleh para sahabatnya termasuk Ibnu Umar –Radhiallahu ‘Anhuma .


Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam keluar ke tempat shalat dengan berjalan kaki sambil membawa tombak untuk di jadikan sebagai sutrah (pembatas shalat), karena di tanah lapang tidak ada sutrah (pembatas shalatnya). Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam melakukan shalat ‘Ied apabila matahari telah terbit dan tanpa di sertai adzan maupun iqamah, juga tanpa seruan “Ash-Sholatu Jami’ah”, yang sunnah adalah langsung shalat tanpa melakukan itu semua.


Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam melaksanakan shalat dulu sebelum khotbah, beliau shalat dua raka’at dengan tujuh takbir pada raka’at pertama dan lima takbir pada raka’at kedua. Pada raka’at pertama setelah Al-Fatihah beliau membaca surat Qoof dan pada raka’at kedua setelah Al-Fatihah beliau membaca surat Al-Qomar dan terkadang beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam membaca surat Al-A’la pada raka’at pertama dan Al-Ghosyiah pada raka’at kedua setelah membaca Al-Fatihah.


Setelah selesai shalat beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam menghadap manusia yang masih berada di shaf-shaf mereka lalu memberikan khotbah yang berisi nasehat, perintah dan larangan atau yang lainnya. Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam juga mendatangi para wanita untuk memberikan nasehatnya kepada mereka.


Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam membuka khotbahnya dengan memuji Allah Ta’ala dan memberikan keringanan kepada para sahabatnya untuk mendengarkan khotbah atau langsung pulang setelah shalat ‘Ied tanpa mendengarkan khotbah.


Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam selalu menyelisihi jalan ketika berangkat dan pulang dari shalat ‘Ied agar tampak syi’ar Islam di segala penjuru dan untuk memberikan salam kepada semua penduduk dll.


http://www.kajianislam.net/2007/09/fiqih-dua-hari-raya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar