Jumat, 18 Juli 2014

# Sangat Ingin Merasakan Nikmatnya Shalat #

Sholat Jagalah sholatmu


Cadar sholat


Cadar sholat 3


 


# Sangat Ingin Merasakan Nikmatnya Shalat #


Ya Allah


Alhamdulillah hamba-Mu ini Engkau anugrahkan sedikit kecerdasan


Kecerdasan untuk mempelajari ilmu agama-Mu


Ilmu untuk memperjuangkan agama-Mu


Karena hamba peduli terhadap agama-Mu


Yang kelak semoga Engkau peduli terhadap hamba-Mu


Di mana kelak saat itu,


hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya


Di mana saat itu kekasih-Mu saja meminta perlindungan,


“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa meminta perlindungan kepada Allah dari kesempitan-kesempitan [di mahsyar] pada hari kiamat.” [1]


Ya Allah


Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu


Nikmatnya ketenangan ketika menghadiri majelis ilmu


“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah yang mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya.”[2]


Ya Allah


Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu


Nikmat terangkatnya derajat dan mendapat kedudukan ilmu


Karena janji-Mu yang pasti,


“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”[3]


Ya Allah


Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu


Nikmat menelaah dan membahas ilmu kemudian hamba paham


Karena kabar gembira dari-Mu


“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya niscaya Allah akan menjadikannya paham dalam agama.”[4]


Akan tetapi, ya Allah


Hamba belum merasakan nikmatnya ibadah


Nikmatnya ibadah shalat sebagai tiang agama


Padahal ilmu fikih shalat cukup terpahami


Ya Allah


Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat


Nikmatnya shalat sebagai waktu beristirahat dari segala penat dunia


Sebagaimana teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


“Berdirilah wahai Bilal (lantunkanlah adzan), istirahatkanlah kami dengan shalat.”[5]


Akan tetapi ketika shalat


Hamba malah sibuk memikirkan dunia


Ya Allah


Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat


Nikmat ketenangan dan dekat dengan-Mu ketika shalat


Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


Shalat pun dijadikan penyejuk mata bagiku [ketenangan].”[6]


“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”[7]


Akan tetapi ketika shalat


Hamba merasa tidak tenang dan dikejar-kejar urusan dunia


Merasa jauh dari-Mu


Ya Allah


Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat


Nikmatnya mendapat solusi berbagai permasalahan dengan shalat


Karena petunjuk-Mu yang pasti benar,


“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”[8]


dan teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


“jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertimpa suatu perkara yang berat maka beliau melakukan shalat“[9]


Akan tetapi ketika menghadapi permasalahan


Hamba langsung mengadu kepada manusia yang tidak bisa membantu


Ya Allah


Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat


Nikmatnya segera menyambut shalat dan kemenangan


Segera menggapai shaf terdepan


Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[10]


Akan tetapi ketika adzan berkumandang


Hamba sering menunda-nunda berangkat ke masjid


Sering terlambat dan menjadi makmum masbuk


Ya Allah, Hamba hanya bisa tercengang bisu


Membaca kisah nyata,


“ketika ada seorang sahabat Anshar yang shalat pada malam hari lantas kakinya terkena tiga anak panah musuh sehingga mengalir darah dan dia tetap ruku dan sujud melanjutkan shalatnya”[11]


Sangat khusyu’ dan menikmati shalatnya


Sampai tidak terasa sakit tertusuk panah


Ya Allah


Apakah mengapa ilmu hamba tidak membuat nikmat beribadah kepada-Mu?


Apakah ilmu hamba sekedar wawasan?


Apakah ilmu hamba tidak berpondasikan ikhlas?


Hamba hanya tertegun diam membaca perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah.


Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng)[12]


Apakah ilmu hamba sudah terkontaminasi dengan dunia?


Apakah amal hamba sudah tercoreng?


Ya Allah


Semoga ilmu hamba selalu menjadi hujjah yang membela


Bukan hujjah yang menyerang kembali


Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu.[13]


Ya Allah


Hamba ingin merasakan nikmat dan lezatnya


Beribadah dan menjadi hamba-Mu


Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).”[14]


Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid


Penyusun: Raehanul Bahraen


artikel www.muslimafiyah.com


[1] HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani


[2] HR. Muslim dalam Shahih-nya


[3] Al-Mujadilah: 11


[4] Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV/92, 95, 96), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/122-123, no. 84), dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu


[5] H.R. Abu Dawud (V/165 no. 4986) dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani.


[6] HR. An Nasai no. 3939, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Lihat Al Misykah no. 5261 dan Shahih Al Jaami’ Ash Shogir no. 3124.


[7] HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah


[8] Al Baqarah: 45


[9] HR. Abu Dawud nomor 1319, dihasankan oleh Al-Albani


[10] HR. Bukhari dan Muslim.


[11]Lihat shahih Abu Dawud no 193 dan tamamul minnah hal 51


[12] Al-Fawaid Ibnul Qayyim hal. 98, Maktabah Ats-Tsiqafi, Koiro


[13] HR Muslim no 223


[14] HR. Abu Dawud, disahihkan Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud no. 1522

Tidak ada komentar:

Posting Komentar